Maria Pauline Lumowa: Yang Mencuri BNI Sendiri

Minggu, 06 Juli 2008

12 Desember 2003



TEMPO Interaktif, Singapura: Maria Pauline Lumowa yang akrab dipanggil Erry, salah seorang tersangka utama pembobolan kredit Bank Negara Indonesia (BNI) senilai Rp. 1,7 trilyun, menegaskan kesiapan dirinya untuk diperiksa kepolisian Indonesia. “Saya siap jika diperiksa di sini (Singapura). Saya tidak mencuri uang rakyat Indonesia. Yang mencuri BNI sendiri,” kata Maria ketika ditemui TNR di lantai lima Hotel Marriott, Singapura, Jum’at (12/12) malam.



Maria yang mengenakan blus lengan pendek merah jambu dipadu celana panjang hitam, mengaku tertekan dan sangat takut atas pemberitaan yang sudah memojokkan dirinya. Apalagi, katanya, keberadaannya di Singapura sejak pertengahan September 2003 adalah untuk menagih hutang. “Saya menerima surat kredit senilai US$ 50 juta di Hongkong pada 18 September,” katanya.



Merasa tidak pernah melakukan penipuan, pencucian uang dan menandatangani L/C, lagi-lagi Maria meminta untuk diperiksa di Singapura saja. Sebagai penjamin dari perusahaan Gramindo, dirinya mengaku takut lantaran disebut-sebut membiayai politisi. “Saya juga ingin pulang, tapi takut karena sudah enam bulan tidak ada audit yang jelas dari BNI,” katanya mengerutkan dahinya. Untuk itu, Maria mengutus Kees DE Vries dan Leen H. Hooites, pengacaranya untuk mengajukan permohonan agar Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dilakukan di Singapura.



Adapun Kamis (11/12) Maria sempat bertemu Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Singapura lewat pihak ketiga. Anehnya, Maria seakan tidak tahu siapa pihak ketiga yang mempertemukannya dengan pihak KBRI. Ketika ditanya, apakah pihak kepolisian yang menjadi pihak ketiga, dirinya hanya menjawab, “saya tidak tahu dan tidak mengerti. Kalau dari polisi, saya terima kasih karena saya sudah keburu takut”.



Maria juga membantah, inisiatif pertemuan datang dari dirinya. “Saya tidak pernah menghubungi KBRI. Saya yang dihubungi,” katanya. Dalam pertemuan itu, kata Maria, dirinya menegaskan kepulangannya jika sudah ada kejelasan status. Dirinya pun meminta KBRI untuk memfasilitasi pemeriksaan. “Tadinya, saya ingin pulang karena Kapolri Da’i Bachtiar sudah menjamin. Ada SMS datang ke saya: ‘Berita sudah dipolitisir dan menjadi kompleks. Kalau pulang, saya akan sulit’. Saya bingung apa yang sebenarnya terjadi?” kata Maria lagi.



Saat ini, Maria merasa sudah tidak bisa lagi berpikir normal. “Semuanya menakutkan. Yang saya takutkan adalah salahnya persepsi orang. Saya takut karena tidak pernah berurusan dengan yang beginian. Kenapa BNI tidak fair?” tanya berulang kali kepada BNI.



Faisal A - Tempo News Room



http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2003/12/12/brk,20031212-55,id.html

0 komentar:

Posting Komentar